Minggu, 07 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF

A.    Pengertian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes Albopictus dan aedes aegypti), (Ngastiyah, 2005).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus  dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan /syok dan kematian (DEPKES RI, 1992).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999).

B.     Penyebab

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )
1.      Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia, maupun sel-sel anthropoda misalnya sel aedes Albopictus. Virus ini tergolong arbovirus, berbentuk batang bersifat termolabil dan stabil pada suhu C.
2.      Vector : nyamuk aedes aegypti dan nyamuk aedes albopictus
Menginfeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype jenis yang lainnya.
3.      Host : pembawa
Jika seorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

C.    Tanda dan gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-          Meningkatnya suhu tubuh
-          Nyeri pada otot seluruh tubuh
-          Suara serak
-          Batuk
-          Epistaksis
-          Disuria
-          Nafsu makan menurun
-          Muntah
-          Ptekie
-          Ekimosis
-          Perdarahan gusi
-          Muntah darah
-          Hematuria masih
-          Melena

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
  1. Deman tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38° C – 40° C ).
  2. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena dan sebagainya
  3. Hepatomegali ( pembesaran hati )
  4. Syok, TD menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah
  5. Trombositopeni, pada hari 3 – 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm3
  6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit
  7. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan sakit kepala
  8. Pendarahan pada hidung dan gusi
  9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Gejala klinis untuk diagnosis DBD menurut patokan WHO, 1975 :
1.      Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2.      Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
3.      Pembesaran hati/hepatomegaly (sudah dapat diraba sejak permulaan penyakit).
4.      Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang) tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg  atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembap terutama terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

D. Klasifikasi DHF menurut WHO
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )

Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan  lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Pemeriksaan Diagnostik
-          Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
-          Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
-          Rontgen Thorac = Effusi Pleura

E.     Pathways
 
F.     Penatalaksanaan
§  Medik
A.    DHF tanpa Renjatan
-          Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
-          Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
-          Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
-          Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

B.     DHF dengan Renjatan

-          Pasang infus RL
-          Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
-          Tranfusi jika Hb dan Ht turun

§  Keperawatan
  1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
-          Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
-          Observasi intik output
-          Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
-          Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
-          Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

  1. Resiko Perdarahan
-          Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
-          Catat banyak, warna dari perdarahan
-          Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

  1. Peningkatan suhu tubuh
-          Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
-          Beri minum banyak
-          Berikan kompres

G. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-          Rumah selalu terang
-          Tidak menggantung pakaian
-          Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
-          Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
-          Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan PEN KES
-          Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
-          Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
-          Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
-          Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

H.    Asuhan Keperawatan pada pasien DHF

Pengkajian
-          Kaji riwayat Keperawatan
-          Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan  ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Adapun hal-hal yang dapat dikaji yang menunjang dalam penentuan diagnose, adalah :
  1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
    1. Riwayat demam dengue, dengan minum penurun panas dan istirahat demam tidak dirasakan lagi.
    2. Lingkungan rumah yang berdempet, banyak air tergenang, pembuangan barang-barang bekas dan kaleng-kaleng bekas sembarangan.
    3. Riwayat demam kembali dengan tanda-tanda perdarahan (tanda-tanda perdarahan yang khas dari demam berdarah dengue/petekia).
  2. Pola nutrisi metabolic
    1. Intake menurun karena mual dan muntah.
    2. Ada penurunan berat badan dan kesulitan menelan.
    3. Demam tinggi yang tiba-tiba sampai kadang menggigil selama 2-7 hari.
  3. Pola eliminasi
    1. Konstipasi
    2. Diare
    3. Tinja berwarna hitam pada perdarahan hebat
    4. Produksi urin menurun (kurang dari 1cc/kgbb/jam) pada syok
4.      Pola aktivitas
a.       Badan lemah, nyeri otot dan sendi
b.      Tidak bisa beraktivitas, pegal seluruh badan
5.      Pola istirahat tidur
a.       Istirahat dan tidur terganggu karena demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, gelisah
6.      Pola persepsi kognitif
a.       Apakah yang diketahui klien dan keluarga mengenai penyakitnya.
b.      Adakah yang diharapkah klien dan keluarga terhadap sakitnya.
7.      Pola persepsi dan konsep diri
a.       Apakah klien merasa puas terhadap keadaan dirinya.
b.      Ada perasaan malu terhadap penyakitnya.
8.      Pola mekanisme koping dan dan toleransi terhadap penyakitnya
a.       Adanya perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya.
b.      Ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit.
9.      Pola reproduksi seksual
a.       Pada anak perempuan apakah ada perdarahan pervagina (bukan menstruasi).
10.  Pola system kepercayaan
a.       Menyerahkan penyakitnya pada tuhan.
b.      Menyalahkan tuhan akan penyakitnya.
c.       Memanggil pemuka agama untuk  mendo’akan.


DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267

Tidak ada komentar:

Posting Komentar