Jumat, 13 Februari 2015

NEPROLITHIASIS / BATU GINJAL



NEPROLITHIASIS / BATU GINJAL

I.              DEFINISI
Batu ginjal adalah adanya batu di ginjal atau saluran perkemihan
ð  Kalkulus
ð  Umum pada kolik dan pelvis
ð  Kecil besar

II.           ETIOLOGI
ð  Infeksi traktus urinarius
ð  Statis urine
ð  Immobilitas lama
ð  Dehidrasi
ð  Hiperparatiroidisme
ð  Gout
ð  Inflamasi usus
ð  Obat (antasid, laksatif, aspirin)
ð  Intake kalsium dan vitamin D berlebihan

III.        PATOFISIOLOGI
ð  Diet kalsium dan oksalat tinggi
      Batu kalsium oksalat
ð  Hiperparatiropid dan urine alkalin
      Batu kalsium fosfat
ð  Penyakit gout, urine asam
      Batu urat
ð  Penyerapan sistin tidak sempurna
      Batu sistin
ð  Infeksi UTI, urine alkalin
      Batu struvit


IV.        MANIFESTASI KLINIK
ð  Obstruksi
ð  Iritasi batu à infeksi
ð  Nyeri hebat
§  Batu pada pelvis renalis
-          Nyeri  yang dalam, terus menerus pada area CVA
-          Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
-          Hematuria, piuria
-          Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
§  Batu yang terjebak pada ureter
-          Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
-          Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah à kolik ureteral
§  Batu yang terjebak pada kandung kemih
-          Gejala iritasi
-          Infeksi traktus urinarius
-          Hematuria
-          Obstruksi à retensi urine

V.           EVALUASI DIAGNOSTIK
ð  IVP, USG, CT
ð  Darah kimia
ð  Urinalisis

VI.        PENATALAKSANAAN
ð  Extracorporeal Shock Wave Lytotripsy ( ESWL)
ð  Nefrostomi perkutan
ð  Ureteroskopi
ð  Disolusi batu
ð  Pengangkatan bedah :
-          Nefrolitotomi
-          Nefrektomi
-          Pielolitotomi
-          Ureterolitotomi
-          Sistostomi

VII.     PENGKAJIAN
1.       Nyeri dan ketidaknyamanan
2.       Gejala yang berhubungan
3.       Observasi urine
4.       Observasi tanda-tanda infeksi
5.       Riwayat keluarga
6.       Faktor predisposisi
7.       Pengetahuan pasien

VIII.  DIAGNOSA
1.       Nyeri b.d iritasi dari pergerakan batu
-          Morfin / meferidin
-          Air panas / hangat area panggul
2.       Cemas b.d kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan
-          Kaji penyebab dan tingkat cemas
-          Ekspres feeling
-          Jelaskan prosedur
3.       Resiko cidera b.d komplikasi post operasi
-          Rawat luka dan balutan
-          Pastikan aliran urine tidak kena luka
-          Tehnik steril
4.       Kurang pengetahuan b.d kurang informasi mengenai kebutuhan cairan, pembatasan diet dan obat-obatan
-          Cairan 2500 – 3000 ml / 3000 – 4000 ml
-          Kontrol intake kalsium
-          Menghindari makanan tinggi oksalat (teh, kopi, cola, bir, asparagus, buncis, kol, bayam, anggur, vitamin C dosis tinggi)
-          Diet rendah purin (keju, anggur, jerohan)
à jeli aluminium hidroksida (b.kalsium) natrium selulose fosfat (b.allopurinil)

ATRESIA ANI



ATRESIA ANI

A.     Pengertian

            Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998).
            Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
  1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
  2. Membran anus menetap
  3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
  4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
            Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal.

B.     Pathofisiologi



C. Ganbaran Klinik

            Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
1.      Tidak adanya apertura anal
2.      Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
3.      Muntah dengan abdomen yang kembung
4.      Kesukaran defekasi,  misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis
            Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.

D. Pemeriksaan Penunjang

  1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus
  2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius
  3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium

E. Penatalaksanaan

  Medik:
1.      Eksisi membran anal
2.      Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus
  Keperawatan
               Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.

F. Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria
2.      Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal, Dysuria
3.      Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih
4.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
5.      Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma jaringan post operasi
6.      Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
7.      Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol


























q  Gangg. pertumbuhan
q  Fusi
q  Pembentukan anus dari tonjolan embriogenik


ATRESI ANI
 
G. Path Ways





 

























Resti kerusakan integritas kulit
 

Gngguan rasa nyaman
 

Resti Infeksi
 
 

























G.  Intervensi
DP
Tujuan
Intervensi
Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Dysuria




Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d vistel rektovaginal, Dysuria






Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia




Nyeri b.d trauma jaringan post operasi (Kolostomi)












Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol







Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH:
  Pasien dapat BAK dengan normal
  idak ada perubahan pada jumlah urine

Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:
q  Nyeri berkurang
q  Pasien merasa tenang






Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :
q  Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
q  Turgor pasien baik
q  Pasien tidak mual, muntah
q  Nafsu makan bertambah
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan KH:
q  Nyeri berkurang
q  Pasien merasa tenang
q  Tidak ada perubahan tanda vital








Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama dengan KH:
q  Mempertahankan integritas kulit
q  Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit
q  Mengindentifisikasi faktor resiko individu
¨      Kaji pola eliminasi BAK pasien
¨      Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
¨      Selidiki keluhan kandung kemih penuh
¨      Awasi/observasi hasil laborat
¨      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

¨      kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
¨      Ajarkan teknik relaksasi distraksi
¨      Berikan posisi yang nyaman pada pasien
¨      Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian
¨      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi


¨      Kaji KU pasien
¨      Timbang berat badan pasien
¨      Catat frekuensi mual, muntah pasien
¨      Catat masukan nutrisi pasien
¨      Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
¨      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu
¨      Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
¨      Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri yang terjadi
¨      Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak menciderai stoma
¨      Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
¨      Bantu melakukan latihan rentang gerak
¨      Awasi adanya kekakuan otot abdominal
¨      Kolaborasi pemberian analgetik


¨      Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong
¨      Ukur stoma secara periodik misalnya tia perubahan kantong
¨      Berikan perlindungan kulit yang efektif
¨      Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin
¨      Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma
¨      Kolaborasi dengan ahli terapi.



DAFTAR PUSTAKA


   Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
   Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
   Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGC
   Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. USA: CV Mosby